Pengelola media sosial Kompasiana, Pepih Nugraha, mengatakan tulisan
berjudul "Tempo Dan Kata Data Memeras Bank Mandiri Dalam Kasus SKK
Migas" dicabut karena dianggap memojokkan seseorang atau instansi. Tulisan
itu, kata Pepih, mengandung unsur provokatif.
Menurut Pepih, dalam Kompasiana, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh pemilik akun. Jika dianggap melanggar, maka tulisannya akan dihapus. Jika sampai tiga kali melakukan yang sama, maka akan dilakukan pencabutan akun.
"Tulisan milik akun Jilbab Hitam kami hapus, tapi akunnya tak kami cabut," kata Pepih saat dihubungi, Selasa, 12 November 2013.
Majalah Tempo bersama lembaga riset Katadata dituding melakukan pemerasan terhadap Bank Mandiri berkaitan dengan kasus Rudi Rubiandini. Tudingan itu ditulis oleh akun Jilbab Hitam, yang mengaku sebagai bekas wartawan Tempo angkatan 2006, di media sosial Kompasiana, Senin, 11 November 2013.
Menurut Pepih, dalam Kompasiana, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh pemilik akun. Jika dianggap melanggar, maka tulisannya akan dihapus. Jika sampai tiga kali melakukan yang sama, maka akan dilakukan pencabutan akun.
"Tulisan milik akun Jilbab Hitam kami hapus, tapi akunnya tak kami cabut," kata Pepih saat dihubungi, Selasa, 12 November 2013.
Majalah Tempo bersama lembaga riset Katadata dituding melakukan pemerasan terhadap Bank Mandiri berkaitan dengan kasus Rudi Rubiandini. Tudingan itu ditulis oleh akun Jilbab Hitam, yang mengaku sebagai bekas wartawan Tempo angkatan 2006, di media sosial Kompasiana, Senin, 11 November 2013.
Setelah dilakukan penelusuran, kata Pepih, akun Jilbab Hitam terbukti
memiliki itikad tidak baik. Ini bisa terlihat dari akunnya yang masih baru.
Akun yang baru dibuat itu pun baru menerbitkan satu tulisan. "Akun dan e-mail-nya
yang digunakan juga masih baru. Dia memang seolah sengaja," kata Pepih.
Selain itu, e-mail yang sama juga memiliki
blog dengan nama Jilbab Hitam.
Pepih menyayangkan sikap pemilik akun Jilbab Hitam yang tak mau terbuka. Menurut dia, sebelum tulisan itu dihapus, dirinya sempat berkomentar di tulisan tersebut, tetapi tak ada balasan. "Terlepas benar atau salah tulisan itu, harusnya penulis mau muncul dan bertanggung-jawab," ujarnya. Pepih mengatakan, karena Kompasiana lebih bersifat tulisan opini, sebenarnya Tempo juga bisa mengkonfirmasi dengan menerbitkan tulisan di media yang sama.
Pepih menyayangkan sikap pemilik akun Jilbab Hitam yang tak mau terbuka. Menurut dia, sebelum tulisan itu dihapus, dirinya sempat berkomentar di tulisan tersebut, tetapi tak ada balasan. "Terlepas benar atau salah tulisan itu, harusnya penulis mau muncul dan bertanggung-jawab," ujarnya. Pepih mengatakan, karena Kompasiana lebih bersifat tulisan opini, sebenarnya Tempo juga bisa mengkonfirmasi dengan menerbitkan tulisan di media yang sama.
Surakarta - Pemerintah pusat kesal
dengan maraknya komentar bahwa Indonesia tidak semakin maju. Bahkan ada yang
menilai Indonesia tengah menuju negara gagal.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin Hasan menilai penyebab Indonesia tidak maju karena rakyat tidak pernah berterima kasih kepada pemerintah. "Jangan membawa paradigma masa lalu ke masa sekarang, sehingga seolah-olah tidak ada kemajuan," kata Syarifuddin saat kuliah umum tentang perkoperasian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Senin, 11 November 2013.
Pernyataan itu disampaikan Syarifuddin ketika menjawab pertanyaan seorang mahasiswa, Ubaidillah. Saat itu, Ubaidillah menanyakan kenapa Indonesia tidak maju dan terkesan jalan di tempat. "Kenapa Indonesia masih seperti ini? Tidak segera jadi negara maju," ucap Ubaidillah.
Menteri Syarif mengatakan banyak yang menanyakan hal serupa ke pemerintah. Dia mencontohkan, ada yang protes soal kredit usaha rakyat. Si pemrotes menuding pemerintah bohong karena ternyata harus mengajukan agunan. "Saat saya tanya kapan terakhir mengajukan, katanya lima tahun lalu. Padahal sekarang sudah tidak perlu jaminan," ucapnya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin Hasan menilai penyebab Indonesia tidak maju karena rakyat tidak pernah berterima kasih kepada pemerintah. "Jangan membawa paradigma masa lalu ke masa sekarang, sehingga seolah-olah tidak ada kemajuan," kata Syarifuddin saat kuliah umum tentang perkoperasian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Senin, 11 November 2013.
Pernyataan itu disampaikan Syarifuddin ketika menjawab pertanyaan seorang mahasiswa, Ubaidillah. Saat itu, Ubaidillah menanyakan kenapa Indonesia tidak maju dan terkesan jalan di tempat. "Kenapa Indonesia masih seperti ini? Tidak segera jadi negara maju," ucap Ubaidillah.
Menteri Syarif mengatakan banyak yang menanyakan hal serupa ke pemerintah. Dia mencontohkan, ada yang protes soal kredit usaha rakyat. Si pemrotes menuding pemerintah bohong karena ternyata harus mengajukan agunan. "Saat saya tanya kapan terakhir mengajukan, katanya lima tahun lalu. Padahal sekarang sudah tidak perlu jaminan," ucapnya.
Atau bicara soal kemiskinan, ada pihak-pihak yang menuding pemerintah
tidak becus mengurus kemiskinan. "Mereka bilang masih banyak kemiskinan di
daerah A, daerah B, dan sebagainya," katanya.
Padahal, dia mengklaim saat ini kemiskinan di Indonesia tinggal 11 persen. Jauh lebih rendah dari Amerika yang angka kemiskinannya 14 persen. Begitu juga soal pengangguran. Dia mengatakan, pengangguran di Indonesia sudah turun menjadi 5,9 persen, sedangkan di Amerika di angka 8 persen.
Kemudian pendapatan per kapita sudah naik dari 1.100 dolar Amerika pada 2004 menjadi 4 ribu dolar Amerika pada 2013. "Pemerintah inginnya fair. Apa yang sudah bagus, bilang terima kasih. Kalau yang belum bagus, akan diperbaiki," ucapnya. Dia menilai banyak pihak hanya menyoroti kekurangan pemerintah.
Dia menegaskan, kelemahan masyarakat Indonesia adalah sulit mengucapkan terima kasih atas kemajuan yang sudah dicapai selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Banyak hal yang sudah lebih baik dalam sembilan tahun terakhir," katanya.
Padahal, dia mengklaim saat ini kemiskinan di Indonesia tinggal 11 persen. Jauh lebih rendah dari Amerika yang angka kemiskinannya 14 persen. Begitu juga soal pengangguran. Dia mengatakan, pengangguran di Indonesia sudah turun menjadi 5,9 persen, sedangkan di Amerika di angka 8 persen.
Kemudian pendapatan per kapita sudah naik dari 1.100 dolar Amerika pada 2004 menjadi 4 ribu dolar Amerika pada 2013. "Pemerintah inginnya fair. Apa yang sudah bagus, bilang terima kasih. Kalau yang belum bagus, akan diperbaiki," ucapnya. Dia menilai banyak pihak hanya menyoroti kekurangan pemerintah.
Dia menegaskan, kelemahan masyarakat Indonesia adalah sulit mengucapkan terima kasih atas kemajuan yang sudah dicapai selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Banyak hal yang sudah lebih baik dalam sembilan tahun terakhir," katanya.